Selasa, 19 Mei 2009

KEGIATAN


Pendampingan Masyarakat bantaran sungai Jeneberang

Akibat kondisi labil tanah dan rusaknya ekosistem hutan di cathmen area , mengakibatkan erosi dan longsor besar-besar setiap tahunnya
Mengetahui kondisi labil tanah, dan penyebab rusaknya ekosistem hutan di chatmen area, sehingga mengakibatkan erosi dan longsor setiap tahunnya
Adanya hasil laporan / data tentang kelabilan tanah, dan document penting soal penyebab utama rusaknya ekosistim hutan di chtamen area, sehingga dapat diantisipasi kegiatan erosi dan longsor setiap tahunnya
Need Assesment / Studi Intensif dan Monitoring pergerakan Longsor
2
Areal pemukiman masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang terus mengalami keterancaman banjir dan longsor yang masuk ke badan sungai
Melakukan penguatan organisasi komunitas, capacity building, terhadap masyarakat, dan melakukan pemetaan kawasan / pemukiman di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang
Kuatnya organisasi komunitas dan adanya peta kawasan / pemukiman di sepanjang bantaran sungai Jeneberang sebagai prasyarakat perencanaan bersama dalam membangun sabo dam
Pendampingan, Penguatan Organisasi Komunitas, Pemetaan Partisipatif Kawasan
3
Tidak adanya manajemen terpadu dalam pengelolaan cathmen area, dengan komunitas sabo yang mencapai 22 kampung di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang
Merancang manajemen pengelolaan terpadu dan komunikasi antarkomunitas sabo dalam pengelolaan sumber daya alam pada cacthment area, bantaran sungai dan sekitar dam,
Adanya manajemen pengelolaan terpadu dan komunikasi antarkomunitas sabo secara intens, dalam pengelolaan sumber daya alam pada cathmen area, bantran sungai dan sekitar dam.
Diskusi Reguler, dan Media Komunikasi Antarkomunitas


Pendampingan Masyarakat
bantaran sungai Jeneberang


LATARBELAKANG

Sejak puluhan tahun yang silam, kekhawatiran akan hancurnya ekosistem dan plasma nutfah Kawasan Bawakaraeng – Lompobattang, akhirnya terbukti. Paling tidak, melihat aktivitas penguasaan lahan dan degradasi kualitas hutan belakangan ini, semakin menjadi-jadi, dan sayangnya karena semua elemen dan kelaster masyarakat dan tempat asal justru ramai-ramai menyerbu Malino dan sekitarnya, yang merupakan sumber air baku bagi jutaan manusia.

Bukti-bukti itu semakin nyata ketika runtuhnya tebing Bawakaraeng, yang menelan 33 nyawa manusia, ribuan ternak, puluhan rumah dan ratusan hektar sawah dan kebun rakyat ikut tertimbun longsor. Malah langsor ini juga berpengaruh buruk terhadap masyarakat yang menghuni sepanjang bantaran Sungai Jeneberang hingga ke mulut sungai DAM Jeneberang.

Selain terhadap ekosistem sungai, longsor juga secara berlahan-lahan telah mengancam waduk Bilibili, dengan mengirimkan sidementasi jutaan kubik. Dengan adanya sidementasi raksasa tersebut, juga ternyata berdampak negative bagi konsumen air bakau, dimana diketahui bahwa air waduk ini dinikmati sekitar 3 – 4 juta jiwa penduduk Kota Makassar dan Sungguminasa.
Dengan tingkat kekeruhan yang tinggi, konsumsi air waduk yang disalurkan melalui pipa penjernihan PDAM, menjadi ikut terganggu, dan tidak tertutup kemungkinan secara higenis, air waduk dianggap tidak layak dikonsumsi meski sudah dijernihkan oleh PDAM. Kondisi air waduk ini dari tahun ke tahun dapat saja bertambah keruh, jika memang tidak ada dilakukan berbagai antisipasi penyelamatan Sungai Jeneberang dan Waduk Bili-bili.

Melihat gambaran masalah tersebut diatas, maka dapat ditarik uraian pokok masalah antara lain :

(1). Akibat kondisi labil tanah dan rusaknya ekosistem hutan di cathmen area, , mengakibatkan erosi dan longsor besar-besar setiap tahunnya,
(2) Areal pemukiman masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang
terus mengalami keterancaman banjir dan longsor yang masuk ke badan
sungai,
(3) Longsor yang turun ke badan sungai Jeneberang mengakibatkan
pendangkalan (sidementasi) di kawasan rendaman DAM Bilibili,
(4) Tidak adanya manajemen terpadu dalam pengelolaan cathmen area,
dengan komunitas sabo di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang

Untuk itu Yayasan WaKIL menggagas rangkaian program untuk penyelamatan DAS Jeneberang dan DAM Bilibili dengan partisipasi penuh dari masyarakat yang berdiam di sepanjang bantaran sungai.

Kegiatan tersebut yakni :

(1) need assessment pada masyarakat sekitar DAS,
(2) studi intensif pada masalah-masalah geografis, demograsi, geologi dll,
(3) Pendampingan masyarakat yang berdiam di sekitar sungai dan penguatan
organisasi komunitas,
(4) Perlunya digelar diskusi reguler guna mencari masukan dan menyusun
rencana strategi ke depan,
(5) Pentingnya pemetaan partisipatif pada lahan dan wilayah kelola
masyarakat, kawasan rawan longsor dan dan rawan rendaman banjir /
Lumpur di sepanjang DAS, serta pemetaan rencana pembangunan lokasi
pembuatan sabo DAM.

TUJUAN
1. Mengetahui kondisi labil tanah, dan penyebab rusaknya ekosistem hutan di chatmen area, sehingga mengakibatkan erosi dan longsor setiap tahunnya
2. Melakukan penguatan organisasi komunitas, capacity building, terhadap masyarakat, dan melakukan pemetaan kawasan / pemukiman di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang
3. Melakukan perencanaan bersama secara partisipatif guna mencegah pendangkalan / sidementasi pada daerah resapan DAM Bilibili
4. Merancang manajemen pengelolaan terpadu dan komunikasi antarkomunitas sabo dalam pengelolaan sumber daya alam pada cathmen area, bantaran sungai dan sekitar DAM.

C. OUTPUT
1. Adanya hasil laporan / data tentang kelabilan tanah, dan document penting soal penyebab utama rusaknya ekosistim hutan di chtamen area, sehingga dapat diantisipasi kegiatan erosi dan longsor setiap tahunnya
2. Kuatnya organisasi komunitas dan adanya peta kawasan / pemukiman di sepanjang bantaran sungai Jeneberang sebagai prasyarakat perencanaan bersama dalam membangun sabo dam
3. Adanya rekomendasi perencanaan kampung secara bersama di dalam pembangunan sabo dam yang dilakukan secara partisipatif
4. Adanya manajemen pengelolaan terpadu dan komunikasi antarkomunitas sabo secara intens, dalam pengelolaan sumber daya alam pada cathmen area, bantran sungai dan sekitar dam.

D. AKTIFITAS
I. PERSIAPAN

Kegiatan persiapan ini adalah melakukan rekruiment tim program, kemudian melakukan orientasi alur dan tujuan serta tahapan – tahapan pelaksanaan program kepada seluruh staff program. Kegiatan persiapan ini juga meliputi persiapan administrasi lainnya.

II. Sosialisasi

Sosialisasi ini dilakukan pada tingkat pemerintah baik pemerintah Kecamatan maupun pemerintah desa / Kelurahan yang menjadi sasaran program, ini juga dilakukan pada tingkat masyarakat pada semua elemen masyarakat. Sosialisasi ini merupakan media transpormasi komunikasi informasi Sosialisasi ini dilakukan baik dengan musyawarah secara formal ataupun informal dengan mengunakan methode Partisipatif.

Tujuan
Agar pemerintah dan Masyarakat mengetahui dan memahami alur program yang akan dilakukan diwilayahnya, dan mendapat respon serta masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam program.

Output
Pemerintah dan masyarakat memahami tujuan dan alur program serta Meningkatkannya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam program.

III. NEED ASSESMENT
Tujuan
a) Menjajaki kebutuhan masyarakat yang tergabung dalam komunitas sabo terhadap program kelestarian sumber daya alam dan pembangunan sabo dam di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang

b) Mendata keluhan-keluhan masyarakat dan aspirasi warga komunitas sabo dalam rencana panjang pembangunan sabo dam oleh pihak pengelola DAM Bilibili

Output
a) Adanya data dan document tentang kebutuhan yang tergabung dalam komunitas sabo terhadap program kelestarian sumber daya alam dan pembanguna sabo dam di sepanjang bantaran Sungai Jeneberang.

b) Adanya list keluhan dan daftar aspirasi masyarakat dan warga komunitas sabo dalam perencanaan panjang pembanguna sabo dam oleh pihak Pengelola DAM Bilibili.

Kegiatan
Melakukan pendataan dan list program pada kelompok yang tergabung dalam komunitas sabo di sepanjang DAS Jeneberang.

IV. STUDI INTENSIF

Tujuan
Mengumpulkan data sekunder dan primer tentang potensi social, economi, ekologi, potensi demografi dan geografis lainnya di sejumlah perkampungan di sepanjang DAS Jeneberang sebagai rujukan dalam rencana bersama pembangunan sabo dam.

Output
a) Terkumpulnya data sekunder dan primer tentang potensi social, economi, ekologi, potensi demografi dan geografis lainnya di sejumlah perkampungan di sepanjang DAS Jeneberang, sebagai rujukan dalam rencana bersama didalam pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu.

Kegiatan
a) Melakukan identifikasi potensi dan pemetaan social yang meliputi social - ekonomi, demografi dan potensi sumberdaya alam serta prasyarat pendukung lainnya dalam pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu
b) Study intensif berlangsung selama 2 (dua) bulan melibatkan 10 (sepuluh) orang tim (fasilitator), untuk mencover data pada kampung yang tergabung dalam komunitas sabo.

V. PENDAMPINGAN
Tujuan
a) Memperkuat organisasi kampung yang sudah terbentuk pada komunitas / kampung sepanjang bantaran sungai Jeneberang
b) Memfasilitasi organisasi komunitas bagi warga pada komunitas dalam memperkuat bargaining posision terhadap unsur-unsur eksternal, termasuk isu pembangunan

Output
a) Kuatnya organisasi kampung yang sudah terbentuk, pada komunitas / kampung sepanjang bantaran sungai Jeneberang
b) Terfasilitasinya organisasi komunitas sabo bagi warga pada komunitas dalam memperkuat bargaining posision terhadap unsur-unsur eksternal, termasuk isu pembangunan

Aktivitas
a) Mengorganisir rakyat pada komunitas / kampung sepanjang bantaran Sungai Jeneberang .



VI. PEMETAAN PARTISIPATIF

Tujuan
a) Melakukan pemetaan kampung dan kawasan kelola, kawasan sabo, pada kampung / kawasan di sepanjang bantaran sungai Jeneberang
b) Membelajarkan masyarakat dalam mendesaign / membuat peta kampung yang diinisiasi secara bersama dengan berbagai element.

Output
a) Adanya peta kampung dan kawasan kelola, kawasan sabo, pada kampung / kawasan di sepanjang bantaran sungai Jeneberang
b) Adanya hasil pembelajaran masyarakat di dalam mendesaign / membuat peta kampung yang diinisiasi secara bersama dengan berbagai element.

Aktivitas

a) Setiap fasilitator bersama masyarakat dan para pihak lain, menginisiasi sendiri pemetaan yang akan dilakukannya. Dengan satu lembaga penanggungjawab utama.

VII. PERENCANAAN KOMUNITAS

Tujuan
a) Membuat agenda bersama dan mempersamakan ide-ide dan gagasan mulai dari kegiatan awal hingga pada pemetaan partisipatif rampung
b) Mewujudkan rekomendasi dari seluruh agenda dan kegiatan yang sejak awal program telah dirancang bersama untuk menggagas pembangunan sabo secara partisipatif , terpadu dan serentak.

Output
a) Lahirnya agenda bersama dan disepakatinya ide-ide dan gagasan, mulai dari kegiatan awal hingga pada pemetaan partisipati rampung
b) Lahirnya rekomendasikan dari seluruh agenda dan kegiatan yang sejak awal program telah dirancang bersama, untuk menggagas pembangunan sabo secara partisipatif, terpadu dan serentak.


Aktivitas
a) Tudang sipulung antar-komunitas / kampung untuk mendesaign gagasan bersama yang menjadi agenda bersama dalam pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu
b) Lokakarya bersama merumuskan hasil kesepakatan untuk dijadikan agenda utama pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu


VIII. DISKUSI REGULER

Tujuan
a) Membahas isu-isu dan masalah-masalah yang terjadi di komunitas, yang kemudian dijadikan isu dan masalah bersama pada seluruh komunitas sabo untuk dibahas secara bersama
b) Merancang agenda masing-masing komunitas, yang kemudian diplenokan dalam forum jaringan komunitas sabo, untuk selanjutnya dicarikan solusi pemecahannya.

Output
a) Adanya wadah untuk membahas isu-isu dan masalah-masalah yang terjadi di komunitas, yang kemudian dijadikan isu dan masalah bersama pada seluruh komunitas sabo untuk dibahas secara bersama.
b) Lahirnya agenda masing-masing komunitas, yang kemudian diajukan ke pleno dalam forum jaringan komunitas sabo, untuk selanjutnya dicarikan solusi pemecahannya.

Aktivitas
a) Menggelar pertemuan diskusi secara bergilir dan berkala dalam setiap waktu, tergantung tematik apa yang muncul dan mendesak untuk disikapi secara bersama.


IX. MEDIA ANTAR KOMUNITAS

Tujuan
a) Mensosialisasikan hasil-hasil need assesment, studi intensif, hasil pemetaan partisipatif , pembangunan sabo dam, melalui radio komunitas, (Radio SANTIGI FM )Melakukan dialog pada masalah-masalah yang terjadi di komunitas dengan siaran radio komunitas.
b) Menjadikan alat komunikasi antar komunitas di dalam menyebarluaskan pergerakan tanah longsor dan kejadian bencana alam lainnya.

Output
a) Adanya wadah sosialisasi hasil-hasil need assessment, studi intensif, hasil pemetaan partisipatif, pembangunan sabo dam, melalui siaran radio komunitas, yang dibangun atas dasar keswadayaan dan partisipasi langsung forum komunitas sabo.
b) Terbukanya sarana ruang dialog untuk masalah-masalah yang terjadi di komunitas melalui siaran radio komunitas.
c) Adanya alat komunikasi yang efektif, siaran radio komunitas, antar komunitas di dalam menyebarluaskan pergerakan tanah longsor, atau ancaman bencana lainnya

Aktivitas
a) Menyiarkan (talk show, live, news) bahan-bahan sosialisasi pra pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu
b) Mengkomunikasikan dan mendokumentasikan hasil-hasil program forum komunitas sabo yang telah disepakati bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar